MENUNTUT
ILMU DI PESANTREN
KH. Ahmad Bushaeri |
Karena itu pemuda Surya dalam menuntut ilmu dipesantren tersebut
agak terganggu sehingga beliau memutuskan untuk pulang kampung sementara.
Setelah reda pergolakan Republik Indonesia dan Bangsa Indonesia mencapai puncak
kemerdekaannya, Pemuda Surya melanjutkan menuntut ilmunya ke Podok Pesantren
Sempur Purwakarta yang di asuh oleh Ulama Besar Walliyullah bernama “KH.
Tubagus Ahmad Bakri Bin KH. Tubagus Syaeda” yang kala itu Pesantren Sempur
merupakan salah satu Pesantren besar di Jawa barat sehingga ada pribahasa
dikalangan santri “Kurang sempurna jadi santri di jawa barat kalau tidak mondok
kesempur”.
Surya yang mempunyai pribadi yang tekun dan rajin didalam hatinya
bergelora untuk terus menguras ilmu yang
dimiliki oleh “Mbah Sempur”, sehingga dalam catatan perjalanannya mondoknya
Pemuda Surya paling lama mesantren di Sempur. Dengan kearifan seorang guru
yaitu Mbah Sempur yang Mursyid telah mengetahui ketekunan dan kerajinan belajar
muridnya yang bernama Surya begitu tinggi dan beliau “Mbah Sempur” menaruh
harapan yang tinggi kepada pemuda Surya untuk bisa meneruskan perjuangan para Alim Ulama sebagai Warosatul
Anbiya kelak dikemudian hari. Perhatian Mbah Sempur kepada Surya yang begitu
tinggi tidak membuat sikap dan hati pemuda Surya lantas menjadi sombong tapi
justru sebaliknya ia menjadi rendah hati dan terus meminta petunjuk Sang guru.
Hal itu beliau buktikan ketika mau pindah kepesantren lain selalu
minta ridho dan persetujuan Mbah sempur. Setelah mendapat restu dari Mbah
Sempur Pemuda Surya melanjutkan mesantren di pondok pesantren Waru Doyong
Sukabumi walaupun hanya beberapa bulan saja. Setelah itu kembali lagi ke
sempur. Atas permintaan keluarga dirumah (Rawamerta) terutama kakenya Mbah
Mail, pemuda Surya melangsungkan Nikah Sirih dengan Hj. Qona’ah. Tetapi tidak
lama kemudian Beliau melanjutkan pengembaraannya untuk menuntut ilmu ke Pondok
Pesantren Lirboyo-Kediri-Jawa Timur yang saat itu di asuh oleh dua tokoh
pejuang kemerdekaan yaitu KH. Marjuki Dahlan dan KH. Mahrus Ali. Pemuda Surya
terus menimba ilmu agama kepada kedua tokoh tersebut disamping menggali
ilmu-ilmu keorganisasian kepada KH. Mahrus Ali, karena KH. Mahrus Ali termasuk
pejuang kemerdekaan, perintis kodam V Brawijaya dan pengurus besar Nahdlatul
Ulama (NU).
Nama kecil Surya diganti menjadi KH. AHMAD BUSHAERI setelah beliau
menunaikan ibadah haji pada tahun 1957.
Assalamu'alaikum !
BalasHapus