Ketua Yayasan Masjid Jami Al-Anwar Hi. M. Nasir Wahab |
BERSEJARAH:
Ketua Yayasan Masjid Jami Al-Anwar Hi. M. Nasir Wahab dan pengurus masjid
menjelaskan sejarah dua meriam yang mengapit tiang bendera.
Bentuk
Yayasan hingga Rencanakan Pemugaran
Keberadaan Masjid Jami Al-Anwar sebagai masjid tertua di Lampung memang sudah tidak terbantahkan. Untuk itu, berbagai upaya penyelamatan peninggalan sejarah itu terus dilakukan. Mulai pembentukan yayasan hingga agenda pemugaran bangunan yang telah berusia lebih satu abad ini. Bagaimana upayanya?
Keberadaan Masjid Jami Al-Anwar sebagai masjid tertua di Lampung memang sudah tidak terbantahkan. Untuk itu, berbagai upaya penyelamatan peninggalan sejarah itu terus dilakukan. Mulai pembentukan yayasan hingga agenda pemugaran bangunan yang telah berusia lebih satu abad ini. Bagaimana upayanya?
TIDAK sulit
mencari letak Masjid Jami Al-Anwar. Karena memang lokasinya berada di pinggir
jalan di bilangan Laksamana Malahayati, Pesawahan, Telukbetung Selatan (TbS),
Bandarlampung.
Warna hijau
tua, kuning, dan putih mendominasi bangunan itu. Sementara sekitar lima meter
persegi dari pintu gerbang atau sebelah kanan menara yang menjulang. Terdapat
tiang bendera yang diapit dua buah meriam peninggalan Belanda dengan tulisan
’’JSS’’ di bagian atasnya.
’’Menurut
sejarah, meriam ini diberikan oleh Belanda. Yang selalu dibunyikan saat tiba
waktu salat dan berbuka puasa. Karena saat itu belum ada speaker seperti
sekarang,’’ ungkap Ketua Yayasan Masjid Jami Al-Anwar Hi. M. Nasir Wahab. Tetapi seiring
perkembangan zaman, meriam itu hanya jadi simbol peninggalan sejarah. Bahwa
Masjid Jami Al-Anwar telah melewati tiga masa di Indonesia. Yakni penjajahan,
kemerdekaan, dan pasca kemerdekaan.
Terkait
pembentukan Yayasan Masjid Jami Al-Anwar yang dia pimpin, Nasir menyebutkan
bahwa yayasan ini sudah ada sejak tahun 1996. Yang telah disahkan dengan akta
notaris Imran Ma’aruf, S.H.
’’Dan
sekarang dibentuk kembali yayasan ini dalam upaya pengembangan masjid dan juga
penjagaan aset peninggalan sejarah Islam di Lampung,’’ ungkap pria ini penuh
semangat.
Lebih lanjut Nasir mengungkapkan bahwa setelah dibentuk pengurus yayasan
pada September 2011 lalu, langkah pertama yang dilakukannya adalah melaksanakan
konsolidasi internal untuk kemudian menggodok program pengembangan dan
penjagaan aset-aset peninggalan sejarah yang ada di Masjid Jami Al-Anwar ini.
’’Program
kami fokus di tiga aspek. Yakni pendidikan, sosial, dan pembangunan,’’ ungkap
Nasir didampingi pengurus harian yayasan masjid tersebut.
Terkait masalah
pendidikan, dalam waktu dekat pihaknya membuat taman pendidikan Alquran (TPA)
hingga pondok pesantren. ’’Sebagaimana awalnya, masjid ini merupakan sarana
pengembangan agama Islam. Ke depan, di sini juga akan dijadikan tempat untuk
membangun kader-kader Islam yang akan melakukan syiar di negeri ini,’’
tuturnya.
Sedangkan
untuk bidang sosial, yayasan juga akan konsen untuk memakmurkan masjid, serta
kembali menghidupkan pengajian-pengajian yang diperuntukkan masyarakat.
Sementara di bidang pembangunan, yayasan juga akan segera melakukan pemugaran
masjid tertua di Lampung ini.
’’Kalau
sekarang kami baru sampai pada tahapan pengukuran lahan dan rencana pemagaran
lingkungan masjid,’’ jelasnya.
Sementara
untuk pengembangannya, lanjut dia, pihak yayasan juga menjalin kerja sama
dengan Dinas Pariwisata Lampung. Karena ini adalah aset provinsi. Sehingga
pemerintah wajib memberikan perhatian lebih. Sebab masjid ini memiliki daya
jual tinggi.
’’Sehingga
nantinya masyarakat muslim Indonesia bahkan mancanegara bisa berkunjung ke
masjid ini untuk menyaksikan bukti perkembangan sejarah Islam di Lampung,’’
harapnya.
Sumber : www.radarlampung.co.id
0 komentar:
Silahkan berikan tanggapan
Sangat menghargai komentar yang baik dan sopan... !